Merajut Kenangan Bersama Ibu

Hidup adalah perkara mengumpulkan kisah demi kisah. Lalu kita rajut menjadi bagian yang disebut kenangan. Dan kali ini saya ingin merajut kenangan bersama ibu, mumpung beliau masih sehat dan bisa selalu tersenyum menyambut kedatanganku. Mumpung saya juga masih bisa mengingat sebagian kecil kenangan bersamanya.

Kenangan Saat Kecil, Ibu Pemarah Tapi Sayang Semua Anaknya

kenangan bersama ibu

Ketika masih kecil saya bersama ibu, bapak, mas, dan seorang adik laki-laki tinggal di sebuah kampung bernama Mergosono. Rumah kami jauuuuh dari jalan raya (protokol) karena masuk banget sampai turun melalui undak-undakan untuk sampai.

Saya mau cerita kenangan ketika saya masih tinggal di rumah dua susun yang hanya ada ruang tamu berukuran 2×1, sebuah kamar tidur berukuran 2×2, kamar mandi berukuran 1×1, dan dapur sempit tanpa meja makan.

Kalau sekarang saya membayangkannya tuh sesak banget tinggal di rumah masa kecil. Tetapi dulu saya nggak punya pikiran apa-apa karena kami hidup bahagia (menurut saya). Kami bisa makan tiga kali sehari, ketiga anak ibu bisa sekolah, dan saya lihat ibu bisa belanja setiap hari meskipun makan ayam goreng cuma pas lebaran aja.

Dalam kenangan saya masa kecil ibu adalah seorang yang pemarah. Ibu akan marah ketika mas tidak pulang dari bermain layang-layang sampai menjelang maghrib. Ibu juga akan marah ketika mas berenang terlalu lama di sungai. Ibu pun akan marah ketika saya ikut mas main layang-layang dan berenang ke sungai.

Namun, dalam kenangan masa kecil saya ibu adalah orang paling baik dan paling menyayangi kami. Ibu memang marah ketika mas pulang menjelang maghrib atau terlalu lama berenang di sungai, itu karena ibu khawatir terjadi apa-apa pada mas.

Apalagi ketika saya juga ‘ngekor’ pada mas kemana-mana, pastinya kekhawatiran ibu menjadi dua kali lipat. Waktu itu saya belum paham mengapa ibu selalu marah ketika kami pulang bermain. Tetapi sekarang saya mengerti bahwa ibu sayang pada anak-anaknya.

Ibu Istri yang Sabar dan Mementingkan Keluarga

kenangan bersama ibu di lumajang

Dalam ingatan saya hingga saat ini ibu adalah wanita yang sabar dan selalu mementingkan keluarga diatas segalanya. Sejak kecil ibu selalu membelikan baju lebaran untuk anak-anaknya. Meskipun ibu tidak punya penghasilan dan hanya seorang ibu rumah tangga tetapi beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Saya masih ingat betul ketika ibu dan bapak mengajak saya ke mall Ramayana, pertokoan Gajahmada, atau pasar besar untuk memilih baju dan sepatu lebaran. Setiap tahun sejak saya kecil rutinitas itu terjadi, sampai saya bosan berdesak-desakan di pasar besar mencium aroma keringat orang-orang demi berburu baju lebaran.

Sebenarnya dalam hati saya tuh tidak menginkan baju baru, tetapi kata ibu nanti saya malu dengan teman-teman yang pada pakai baju baru. Padahal sih tidak begitu, saya baik-baik saja kok dan tidak iri dengan teman-teman saya. Sayangnya ibu tidak pernah menanyakan hal itu kepada saya.

Pokoknya kalau lebaran dan bapak dapat uang THR (bapak saya tukang bangunan) pasti deh langsung diajak ke pasar besar untuk memilih baju lebaran. Asli saya malas banget harus tetap nurut dan pulang dalam kondisi capek sekali.

Dalam ingatan saya lainnya tentang kesabaran ibu adalah beliau selalu melayani bapak sejak pagi sampai malam. Ibu selalu bangun sebelum subuh, memasak nasi dan lauk untuk sarapan bapak yang berangkat kerja sebelum anaknya berangkat sekolah.

Bapak tipe laki-laki yang suka memerintah istrinya seperti membuat kopi, mencarikan baju ganti, ataupun mencarikan dan mengambilkan barang-barang lainnya. Bapak hampir selalu meminta bantuan ibu. Tetapi ibu tidak pernah mengeluh sedikitpun, sungguh saya berpikir bahwa ibu sabar banget tidak pernah mengeluh capek di hadapan anak-anaknya.

Sekarang saya tahu bahwa ketika ibu sedang marah kepada anak-anaknya mungkin ibu lelah dan butuh me time. Namun ibu tidak tahu hal itu, ibu hanya ibu rumah tangga biasa yang berusaha sabar menghadapi setiap hal yang terjadi dalam hidupnya.

Kenangan Lain Bersama Ibu yang Tidak Pernah Terlupakan

Bukan hanya itu, masih banyak kenangan bersama ibu yang kalau diceritakan semua akan jadi tulisan yang panjang. Hehehe. Misalnya saja ibu yang selalu datang ke sekolah anak-anaknya jika ada rapat orang tua siswa atau pengmabilan rapor karena bapak sibuk bekerja. Pun ketika saya wisuda, hanya ibu yang mengantar saya.

Ada satu kenangan yang saya sesali sampai sekarang meskipun sebenarnya ibu tidak pernah mengingat kejadian itu lagi. Yaitu ketika pernikahan saya, ibu menggoda saya sambil menyanyikan lagu Roma Irama. Iya, ibu suka banget dan hafal semua lagunya Bang Roma.

Ibu menggoda saya yang sedang deg-degan mau temu manten dan saya marah, membentak ibu karena merasa ibu mengejek saya. Huhhuhu… kalau ingat hal itu saya selalu menangis. Meskipun ibu tidak marah dan terus menyanyi (ibu memang sabar) tetapi saya menyesal.

Harapan Saya untuk Ibu

Beberapa bulan yang lalu ibu terkena serangan stroke pertama kali. Tetapi alhamdulillah segera mendapat pertolongan dokter dan semangat ibu untuk sembuh juga tinggi. Sekarang ibu sudah bisa beraktivitas lagi seperti biasa meskipun tidak boleh terlalu capek.

Harapan saya untuk ibu, semoga beliau sehat selalu dan bisa tercapai cita-citanya untuk beribadah ke Baitullah. Iya, ibu ingin sekali bisa menyentuh kabah. Masyaallah, semoga Allah SWT mendengar doa ibu. Darimanapun jalannya semoga Allah memudahkan. Aamiin.

Kenangan bekerja dengan ajaib. Suatu kehidupan yang tidak nampak di mata, namun hidup di benak untuk waktu yang lama – Ilham Aidil
Terima kasih ibu telah menciptakan kenangan indah untuk anak-anakmu. Kenangan yang jauh lebih berharga dari barang paling mahal sekalipun.

Tinggalkan komentar